JapJuk, after

 

Syukur Alhamdulillah…

Ya Allah. Makasih banget akhirnya JapanZuki Show 4 kelar juga. Ga nyangka banget acaranya bakalan sesukses ini. Bener-bener di luar dugaan. Padahal kalo tau penderitaan kita di baliknya….Hik-Hik-Hik…nangis darah deh kayaknya.

Meskipun aku bukan apa-apa dan ga bisa ngebantuin banyak buat JapJuk4 ini tapi aku bangga banget ama Kaichoku, Alle, trus ada Iin, sang ketuplak yang beneran hebat, tentu aja ada Uwa juga yang udah susah payah nyusun acara sampe jadi hebat banget, and ga lupa Yuri, Egi dan Andri, Thx bgt buat dekor dan konsep ‘Obake Housenya’ yang kereeee…nn abis.

Semuanya tentu didukung ama publikasi yang baik, makacih Bey dkk, Danus dodol yang ga berenti-berentinya ngerocokin kita tiap hari buat nyumbang, nyumbang,nyumbang, and nyumbang. Awas ya, Dea and keroco-keroconya. Dan tentu saja, kegiatan ini sukses karena panitia dikasih MAKAN  yang enak sama KONSUMSI^_^. Hohohohoho….Thanks banget yah Hani yang uda nyuapin kita ama Chiken Katsunya yang enak, buat catering Mamahnya juga, and Dini, yang udah nyumbang Rendang.

Abis itu, ga asik banget kan, kalo kegiatan ini ga didokumentasiin. Untung ada Hana(bi), kembarannya Honey(bee), tokang poto keliling yang udah rela motoin kita-kita yang narsis abis. Ga ketinggalan anak-anak Translap dan Logistik(logis dan berbintik-bintik) yang mau aja disuruh-suruh ngelilingin Bandung ama kita.

Dan semua itu gak lepas dari dukungan, Moril-Materil, Harta-Doa, Waktu dan Tenaga, Semangat dan Nyawa dari semua pengurus dan Anggota Himpunan Mahasiswa Bahasa Jepang HIMABAJA. Pokoknya kalian De Bes banget lah. Thanks Buat semua kerja keras dan penderitaan kalian selama ini ya. It’s Worth, Really!!

Thx jg Buat semua pendukung acara, Dimas ama Kabaretnya, Para Hantu gentayangan dari Obake House, Dimas & cabaret & band, Bunpo 1, Mainichi kikitori, Doreminya A Uge & A’ Indra yang uda ngegabungin Rock ama Jazz, dan tentu saja ada SAKURA TAISHOGOTO yang Sugoi, yah setidaknya itulah yang bisa kami berikan, and many many more Guest Star dan Costplayer yang ga kalah kerennya.

Di balik cerita-cerita sedih kita pas persiapan, ternyata ada juga lo cerita serunya. Ada orang-orang yang ngambek karena ga kebagian masuk Obake House, Maap yah. Obakenya keburu kecapean katanya. Uda gitu ada juga pengunjung yang dengan baik hatinya mukulin beberapa Obake sangking takutnya. Hihihi… salah sendiri kalian jadi Obake. Pokoknya sedih-senang semoga semuanya kita bagi bersama…

Akhir kata penulis mau ngucapin; kokoro kara….yang sedalam-dalamnya…MAKASIH!!!! Buat seluruh PANITIA yang uda nyiapin acara ini. You All The Best Human Ever Living On Earth.

 

March 29, 2009

        Lucia

udah ujan becek gak ada kantong krsek.

hell, aku totally kesel bangets ma tuh mahluk berdua. masak aku yang harus balikin buku yang mereka pinjem. dasar orang dodol. kagak punya hati. teu mais teu meuleum, tau2 dapet bututnya doang.

mending kalo sop buntut. lumayan bisa dimakan.

BETEEE…!!!

Aizawa, her story

“…Naga kedua yang diturunkan ke dunia manusia bertemu dengan seorang malaikat. Malaikat yang dapat memberinya kehidupan maupun kematian. Mereka akan saling bertukar nyawa. Dan setelah itu, naga akan bangkit dengan kekuatannya dan membawa dunia kembali pada masa kegelapan…”

 

Prolog, Valareth.

Apa yang menyebabkan manusia dapat bertahan?

Apa yang membuat aku dapat bertahan?

Apa yang tersisa pada saat terakhir?

Pada saat semuanya meninggalkanmu?

Pada saat semua meninggalkanku?

 

Mungkin pertanyaan itulah yang akan ditanyakan orang padaku saat mereka tahu siapa aku. Yang ditanyakan orang-orang yang benar-benar mengenalku, serta orang-orang yang mengetahui hal-hal yang telah kulewati. Pertanyaan-pertanyaan yang sepenuhnya tak dapat kujawab.

Daripada itu akan kuceritakan sebuah cerita. Cerita yang mungkin dapat menjawab seluruh pertanyaan itu. Karena semuanya datang bersamaan dengan kedatangan seorang gadis ke kota tua.

Hari itu ditandai dengan hujan badai, yang menandai hujan darah yang terjadi kemudian…

 

Shen Zai, provinsi Cheng Dong. Negara Svarca

148E. Belleraf.

Sebuah kereta kuda dari kayu melintasi hutan Shen Zai dengan perlahan. Kereta kuda itu tidak besar tapi cukup nyaman meskipun tampak sederhana. Kereta itu ditarik oleh empat ekor kuda berwarna coklat tua. Beberapa orang tentara berkuda tampak mengiringi kereta tersebut dengan persenjataan lengkap. Sementara beberapa kuda lain berbaris di belakang sebagai penarik beban.

Seorang dari tentara berkuda itu, yang berpakaian lebih bagus dari pada yang lain memandang langit dengan cemas. Dia melihat awan mulai menghitam. Dia lalu mendekati kereta tersebut dan mengetuk pelan di sekitar jendelanya, seolah takut mengejutkan orang di dalamnya.

Tirai disibakan dan dua pasang mata menatap sang prajurit.

“Kita tidak dapat meneruskan perjalanan lebih jauh, nona. Badai akan datang lebih cepat daripada perkiraan ku. Lebih baik kita sekarang mencari penginapan.”

Sang wanita mengangguk sekilas. Lalu cepat-cepat menarik diri kembali. Pria tadi lalu menuju ke bagian depan kereta, lalu bicara pada kusirnya.

“Kita menuju ke barat laut sekarang. Badai akan datang lebih cepat daripada perkiraanku. Di tengah hutan ini ada penginapan yang cukup memadai untuk nona kita.”

Sang kusir mengangguk singkat.

“Kita bisa sampai kesana tepat waktu kapten?”

“Mudah-mudahan saja.”jawab orang yang ditanya singkat.

Mereka menemukan penginapan kecil di tengah hutan itu tepat saat sebelum badai menerjang. Hujan rintik-rintik sudah mulai turun. Kilat membelah langit disusul suaranya yang menggelegar saat mereka memasuki pintu penginapan.

Pemilik penginapan dengan senyum lebar keluar mendengar denting suara bel, tapi kemudian senyumya membeku saat melihat tentara-tentara yang bersenjata lengkap itu.

Sang kapten membuka tudung kepalanya, lalu berkata dengan suara berwibawa,

“Tenang saja kek, kami hanya ingin berlindung dari hujan badai ini. Kami tak akan mengapa-apakanmu.”

Dengan sikap yang masih kaku sang pemilik penginapan memaksakan senyumnya.

“Selamat datang tuan-tuan. Selamat datang di Shen-Zai Inn. Maafkan sikap kasarku tadi. Silakan masuk sebelm kalian semua membeku.”

Mereka masuk berduyun-duyun dan segera menuju meja yang terdekat. Pemilik penginapan itu melongo melihat satu-satunya wanita yang ada dalam rombongan kecil itu. Wanita itu memakai cadar yang menutupi wajahnya hingga hanya mulutnya saja yang terlihat. Warnanya merah lembut.

Pemilik penginapan yang sudah berumur itu mengata-ngatai dirinya sendiri dalam hati karena berani berpikiran seperti itu.

“Apa yang dapat kubantu?”tanyanya agak gugup.

“Makanan dan air, kalau itu tak merepotkanmu.”kata sang kapten.

Pemilik penginapan itu menghilang sejenak ke dalam. Lalu tak lama kemudian dia muncul kembali dan mulai menghidangkan roti hangat dan minuman.

“Maafkan kesederhanaan ini. Akhir-akhir ini jalanan sudah tidak lagi aman jadi aku semakin jarang perhi ke kota untuk mengisi kembali persediaan makananku. Lagipula, tidak banyak orang yang menginap disini lagi seperti dulu.”

“Ini sudah lebih dari cukup kek. Kamilah yang seharusnya minta maaf karena telah merepotkanmu.”kata sang kapten.

Pemilik penginapan itu lalu mengambil tempat di seberang sang kapten.

“Kalau boleh kutahu darimana kalian berasal? Aku telah melihat berbagai macam seragam prajurit sampai aku dapat menebak darimana mereka berasal, tapi aku belum pernah melihat seragam kalian.”

Sang kapten meletakkan gelasnya yang telah kosong di atas meja.

“Kami dari Klan Minamoto, itu menjelaskan sesuatu?”

Sang pemilik penginapan menegakan duduknya dengan begitu cepat.

“Ja…jadi…”gagap pemilik penginapan.”…wanita…gadis ini, nona Aizawa Minamoto?”

“Benar.”kata sang kapten.”Namaku sendiri Kojiro Oyamada.”

“Puji Tuhan.”katanya.”Jika tahu aku akan kedatangan tamu yang begitu istimewa aku pasti akan menyajikan sesuatu yang lebih istimewa.”

“Jangan merendah pada sesuatu yang tampak baik pada permukaannya saja tuan pemilik penginapan yang terhormat. Anda sama sekali belum mengenal kami.”

Pemilik penginapan terperangah selama beberapa menit mendengar ucapan nona Minamoto yang tajam itu.

“Ma…maafkan aku jika aku menyinggung…”

Chichioya?”ujar suara di belakang mereka.

Semua orang di ruangan itu menoleh pada sumber suara itu. Seorang gadis kecil tampak mengintip dengan takut-takut.

“Ah…Sakura kemarilah. Ayo beri salam pada tamu-tamuku.”

“Siapa mereka chichioya?”

“Mereka adalah tamu kehormatan kita. Mereka datang dari Klan Minamoto di negara Vloskova. Negara indah di utara.”

Sakura menguap di pangkuan ayahnya. Sama sekali tak tertarik mendengar keterangan ayahnya.

“Beri salam pada mereka Sakura”perintah ayahnya.

Kombanwa, semuanya…”

Rombongan yang dipimpin Kojiro membalas salamnya sambil bergumam.

“Putrimu?”tanya Kojiro

Pemilik penginapan membelai kepala gadis cilik itu dengan sayang.

“Benar. Kami terpaksa tinggal disini berdua saja. Kurasa itu agak berat untuknya. Rasanya aku jadi agak tidak adil padanya.”

“Kemana ibunya?”

Pemilik penginapan menutup kuping anaknya dengan kedua tangannya, baru kemudian menjawab.

“…ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu.”

“Meninggal?”ulang Kojiro

Pemilik penginapan menghela nafas panjang.

“Mungkin lebih mudah bagi semua orang jika benar itu yang terjadi.”

Pemilik penginapan tertawa parau.

“Tapi kenyataannya tidak.”Ujar nona Minamoto.

Pemilik penginapan menatap nona Minamoto lurus-lurus.

“Benar nona. Kenyataannya tidak. Empat tahun yang lalu jalan besar si tepi hutan ini dibangun, langsung menuju negara tetangga. Semua gembira pada awalnya.

“Sampai ketika mereka kekurangan wanita untuk para tentara yang bekerja disana. Pada akhirnya yang mereka lakukan tidak membuat kami gembira lagi. Atas nama negara mereka mengambil istri-istri kami untuk dijadikan budak bagi nafsu mereka. Dan kami tak pernah melihat mereka lagi.”

Pemilik penginapan mengangkat bahunya dengan sikap miris.

“Lihat, kan? Sudah kubilang akan lebih mudah jika istriku hanya mati saja.”

Keheningan menyusul kata-katanya. Hanya desah nafas Sakura yang tertidur di pangkuan ayahnya saja yang terdengar.

“Sudah malam.”kata pemilik penginapan.”Akan kusiapkan kamar untuk kalian. Untuk nona Minamoto, silakan gunakan kamar pribadi di lantai tiga. Kamar itu adalah kamar tunggal di lantai tersebut.”

Malam turun dengan cepat sementara badai makin menggila di luar. Segera setelah memastikan bahwa nona Minamoto dapat beristirahat dengan layak, kapten Kojiro baru dapat berbaring di atas futonnya. Lama setelahnya, baru dia dapat tertidur sambil tetap mendengarkan suara-suara yang mungkin tak biasa.

 

Pagi-pagi sekali badai telah mereda, digantikan dengan hujan rintik-rintik. Para prajurit sibuk melakukan persiapan untuk keberangkatan. Ketika matahari akhirnya benar-benar menampakan diri, hujan badai kemarin tidak lagi menampakan sisa-sisanya. Rombongan itupun bersiap melanjutkan perjalanannya.

Nona Minamoto baru saja akan menaiki keretanya ketika dia melihat Sakura di balik punggung ayahnya. Dia lalu berjalan mendekatinya.

“Aku punya sesuatu untukmu.”katanya. Dia lalu melepaskan kalungnya.”Ini. Jagalah baik-baik. Itu adalah kalung pemberian nenekku. Semoga kau berbahagia dengan hidupmu kelak”

Kojiro memperhatikannya dengan raut wajah cemas.

“Nona, kenapa anda memberikan kalung itu padanya? Itu adalah satu-satunya yang tersisa dari peristiwa kecelakaan itu, kan?”

“Aku ingin dia bahagia dalam hidupnya. Karena aku yakin aku tidak akan bahagia dengan hidupku.”ujar nona Minamoto setengah berbisik.

Saat sang kapten masih tercenung, nona Minamoto telah menaiki keretanya. Kojiro akhirnya menaiki kudanya, tapi kemudian pemilik penginapan memanggilnya kembali.

“Gadis itu…nona Minamoto…suruh dia berhati-hati pada tuan Hinomura. Dia tak memiliki belas kasihan pada siapapun.”

Kojiro memandangnya sejenak, lalu mengangguk dan menghela kudanya menuju Ibukota kerajaan Svarca.

 

Seorang pemuda tampan dengan kudanya dengan tenang menghalangi jalan mereka. Pria itu tinggi dan cukup langsing, maskipun sama sekali tak nampak kurus. Sebuah katana panjang dan langsing terselip di belakang punggungnya.

Sekali lihat saja, Kojiro langsung mengetahui dua hal. Yaitu bahwa pemuda itu baru berusia awal dua puluhan, dan bahwa dia pemain pedang yang tangguh.

“Kalian terlambat.”katanya tiba-tiba.”Sudah empat hari aku menunggu disini. Tepatnya 52 jam 27 menit aku menunggu kalian.”

“Maaf, tapi boleh kami tahu kau siapa? Aku tak terbiasa bicara dengan orang asing.”sahut Kojiro ketus.

“Namaku Wonsul, ketua pasukan khusus Yotsunheim sekaligus tangan kiri tuan Akira Hinomura. Beliau telah menunggu kedatangan kalian. Mari! Aku akan mengawal kalian sampai ke gerbang ibukota Sentinelbrits.”

Sebelum Kojiro sempat menanyakan apa-apa lagi, Wonsul sudah memutar kudanya dan beranjak pergi.

“Hei! Tunggu dulu. Kau mau kemana? Lagipula kau salah arah. Gerbang kota ada disana.”seru Kojiro.

Tanpa menoleh, pemuda yang dipanggil Wonsul itu menjawab,

“Aku sudah tinggal di sini lebih lama daripada anda, tuan Oyamada. Percayalah pada apa yang kulakukan.”

“Mengapa aku harus percaya pada orang yang baru saja kutemui tuan Wonsul? Dan dari mana aku tahu kalau kau benar-benar utusan tuan Hinomura?”

Wonsul menoleh sepintas, lalu berkata dalam nada datar,

“Kau masih hidup. Itu buktinya.”

Sesaat, Kojiro hanya bisa tercengang mendengarnya.

“Jangan khawatir tuan Oyamada. Kau lebih aman bersamaku daripada di luar sana. Apalagi kau membawa barang yang berharga.”

“Jangan pernah menyebut nona kami ‘barang’”ujar Kojiro berang.”Dan kenapa kita harus lewat ke…hutan belukar seperti ini? Kereta kudanya tak dapat lewat.”tukasnya

Wonsul menoleh sekilas, lalu berkata.

“Suruh nonamu turun. Aku juga harus memastikan kalau dia adalah Aizawa Minamoo yang asli.”

Kojiro sudah akan meledak ketika terdengar suara Aizawa,

“Aku akan segera turun tuan Wonsul.”

Setelah itu, Wonsul mendengar suara langkah kaki mendekatinya, dan Aizawa Minamoto sudah berdiri di hadapannya. Tingginya hanya sampai leher pemuda itu sehingga gadis itu harus mendongak memandang padanya. Meskipun begitu, Wonsul dapat merasakan energi feminin yang hangat dan manis yang melingkupi gadis itu.

Seumur hidupnya, hanya dua orang yang mampu membuat pemuda itu mengalihkan tatapan matanya. Yang pertama adalah Akira Hinomura dan yang kedua adalah gadis yang kini ada di depannya.

“Aku tak dapat membuka penutup wajahku, tapi aku memiliki kata-kata yang dapat meyakinkan majikanmu tentangku. Jika aku adalah naga…

…Maka aku adalah malaikat. Itu juga yang dikatakan oleh tuanku. Mari nona Minamoto, tolong ikuti aku.”kata Wonsul dengan hormat.

Aizawa membalas dengan sedikit membungkuk. Kojiro terpaksa menahan geramnya melihat semua itu.

 

“Ini adalah istana Sindar. Istana yang dipakai untuk keperluan-keperluan umum.”kata Wonsul, masih dalam nada datar.

Aizawa memperhatikan pintu istana yang dihiasi dua buah patung gargoyle yang, konon katanya, dapat hidup jika diperintahkan dengan mantera yang tepat.

“Dari sini anda harus melanjutkan sendirian nona Aizawa. Lurus saja terus dan kau akan melihat ruang pertemuan utama. Tuan Hinomura sudah menunggu anda disana.”

“Dia tidak akan sendirian!”ujar Kojiro panas

“Stop kapten Kojiro. Seperti kata tuan Wonsul, dari sini aku akan melanjutkan sendirian.”

“Nona…”

“Aku akan baik-baik saja…”

Kojiro menurunkan bahu pertanda menyerah. Aizawa memantapkan langkah, lalu masuk ke dalam.

 

Ruangan di dalam temaram oleh cahaya obor yang hanya beberapa. Kesan pertamanya pada tempat ini suram, misterius, tapi menyimpan keagungan sendiri.

Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya dia sampai di ruang pertemuan utama, dan untuk pertama kalinya bertatapan langsung dengan nemesis sekaligus calon suaminya, Akira Hinomura.

Rainy day, as always

Waktu…

Mari kita tidak berbicara mengenai waktu

Waktu yang telah berlalu,,,

Waktu yang akan datang,,,

Waktu yang telah dan akan kulewati…

 

Kenangan…

Mari kita tidak bicara mengenai kenangan

Kenangan baik,,,maupun kenangan buruk,,,

Kenangan yang telah terkristalisasi oleh waktu…

 

Harapan…

Mari kita tidak bicara mengenai haparan

Harapan yang terkabul,,,maupun yang tidak terkabul

Harapan yang berguguran bersama dengan kenangan

 

Dan ketika waktu berhenti

Kenangan memudar,,,dan harapan terhempas

Aku bertanya pada diriku sendiri “Apa yang tersisa saat ini?”

Jawabannya aku temukan pada waktu,,,kenangan,,,dan harapan…..

Burung_burung_Nasar

Hemmm…….mungkin cuma itu yang bisa aku bilang waktu tau presentasiku diundur. It’s so annoying when we know that there’s nothing we can do isn’t it? First, I can’t do anything with ‘Burung-burung Nasar’ yang semakin sering mengganggu hidupku. Baik di dalam maupun di luar rumah. Dasar pemakan bangkai, ga bias aja liat orang bebas sedikit.

ITU,,,belum termasuk para ‘Predator’ yang kini lagi doyan-doyannya mendekati aku(ato akunya aja yang kege-eran) Cuma don’t know why aja serasa this whole world mengurusi akuuu…. Terus. Bete banged  khan?

This is not just about me. It’s all about my familiy too. Gimana tuh ‘predator’ sudah menjajah wilayah yang bukan milik mereka. Ya gak mungkinlah aku memberi makan pada sesuatu yang aku benci. It’s so impossible kali. (ni orang dari tadi ngomong apa sih) aku juga gak ngerti.

But I need someone yang just understand me. Without asking why, what or who. Someone who just nerimo…doang. Gak usah nanya, terima aja pokoknya mah. Aku udah cape nyenengin orang terus….

Tapi masalahnya,  sono kota wa chotto muri da yo. Asa rada mustahil ada orang yang gak pernah bertanya and Cuma nerima aja segala sesuatunya. There’s no unconditional love isn’t it?

Poem….

Tuhan… Tuhan ada dimana?

Pertanyaan itu muncul saat aku kecil

Menghilang saat aku remaja

Dan muncul kembali saat aku dewasa

 

Tuhan… Tuhan ada dimana?

Dulu katanya Tuhan ada di Matahari

Katanya Tuhan ada di Bulan

Katanya Tuhan ada di Langit…

 

Tuhan… Tuhan ada dimana?

Dalam Simfoni no.9 Beethoven berkata ‘carilah Tuhan di balik tirai’

‘Tuhan pasti ada di bintang-bintang’

Jadi Tuhan…Tuhan ada dimana?

 

Dalam kitab disebutkan bahwa Tuhan itu zat yang berbeda

Tak dapat dilihat, diraba atau didengar secara langsung

Tapi kita dapat melihat Tuhan, dengan kacamata bernama keyakinan

 

Aku menemukan Tuhan!

Aku mendengar Tuhan dalam setiap tarikan nafas bayi

Aku melihat Tuhan dalam kilau air sungai yang mengalir

Aku merasakan Tuhan dalam aroma tanah yang basah oleh air hujan

Aku berbicara pada Tuhan dalam hembusan angin musim gugur

Aku menyaksikan kekuatannya dalam bunga yang mekar di musim semi

 

Jadi jika kau mencari Tuhan,

Tuhan ada dalam setiap kehidupan dan kematian

Pada setiap tetes hujan, pada setiap nafas

Pada semua langit, pada semua Bumi

Dan pada semua yang memiliki nama manusia

Tuhan pasti hadir dalam cara yang misterius

Sang Pemimpi, wajib baca

Siapakah Andrea Hirata? Mungkin sebelum tahun ini tidak banyak yang mengenal namanya. Namanya tidak seterkenal pengarang Mira. W, atau bahkan penulis novel Ayat-Ayat Cinta Habiburahman El-Shirazi dan lainnya.

Tapi pada tahun ini Andrea Hirata berhasil melampaui semua nama-nama diatas. Dia kerap menjadi pembicara dalam seminar-seminar yang membangkitkan motivasi. Novel pertamanya, Laskar Pelangi, diangkat ke layar lebar dan akan rilis pada tanggal 25 September 2008, dibesut oleh sutradara Mira Lesmana, dengan original soundtrack oleh Nidji. Dia juga didaulat sebagai tokoh pendidikan modern dan bukunya membantu seseorang melepaskan diri dari ketergantungan narkotika.

Buku keempat dari tetralogi Laskar Pelangi, Maryamah Karpov, juga tak kalah dinanti daripada buku Harry Potter jilid terakhir.

Andrea hirata hanyalah seorang pegawai TELKOM bagian ekonomi telekomunikasi. Dia lahir di Belitong(Belitung), bersekolah SD sampai SMP di sekolah yang sama, dengan guru yang sama selama 9 tahun, dan harus menjadi kuli pengangkut ikan selama 3 tahun untuk membiayai sekolah SMAnya di Pangkal Pinang karena di desanya sendiri tidak ada SMA.

Tapi Andrea Hirata dan seorang kawannya, yang semula begitu miskin, saat keadaan sangat tidak memungkinkan-bahkan mengizinkan-mereka untuk bermimpi, pada akhirnya mampu kuliah di Universitas Sorbourne di Perancis, bahkan pada musim panas di kota itu, mereka dapat berkeliling Eropa dan beberapa Negara di Afrika dengan hanya bermodalkan ransel dan menjadi seniman jalanan.

Dalam novel ini Anrea Hirata mengemas kejadian-kejadian yang lucu, menarik, religious, menyentuh, dengan amat apik sehingga pembaca tidak akan bosan membacanya. Disini juga dilukiskan betapa Andrea mencari kekasih masa lalunya sampai ke pedalaman Rusia yang angker, kepositif-thinkingan temannya Arai yang masih tetap bisa mencintai wanita yang berkali-kali membanting pintu di depan wajahnya

Salah satu kejadian yang menarik adalah ketika salah seorang sahabatnya yang tidak sepintar Andrea dan Arai memberikan uang tabungan selama 3 tahun hasil bekerja sebagai kuli kepada Andrea dan Arai karena menyadari bahwa dirinya tidak akan mampu kuliah di luar negeri seperti kedua temannya. Katanya waktu itu,

“ambilah uang ini. Aku tidaklah sepintar kalian sehingga aku hanya akan menjadi beban kalian. Iangatlah bahwa jika kalian telah sampai di Sorbourne dengan uang ini, maka artinya aku juga telah menapakkan kaki disana”

Sejuta kejadian lucu dan unik pun tidak lepas dari kehidupan mereka sehari-hari. Pada suatu kesempatan saat Andrea pesimis dengan masa depannya, Arai berteriak padanya, “nasib kita belum ditentukan kawan. Mungkin setelah lulus kita akan menjadi kuli lagi dan hidup miskin. Tapi jangan sekali-kali mendahului nasib. Kitatidak akan pernah mendahului nasib!!! Suatu saat kita akan menginjakan kaki di almalater suci Sorbourne…”

Buku ini merupaka buku yang harus dibaca oleh semua lapisan masyarakat, baik tua maupun muda. Buku ini dapat mengingatkan kita bahwa masih ada setitik kebaikan di dunia yang kacau ini. Juga bahwa apapun yang terjadi, janganlah berhenti bermimpi maka kamu tidak akan merasa putus asa betapapun sulitnya hidup yang kamu jalani.

yokatta…

World,

as usually today I go to my college. I don’t know what I’m dreaming last night, but today I meet with EVERY person I ever love, still I love, and the one Who Love Me, (even thought I didn’t, at least not yet).

By the way, lately I cannot really enjoy myself as usually again. I wonder why? I think it’s because I feel guilty of myself.

But there will be a dinner in Alesia and Miranna’s place. With all my closest friend and my honorable brother in law (I’m a big fan of him ^_^), his girlfriend and so on. They ask me to make some jelly, don’t know if I could make it or not. I’m Kindda sort of money now.

Oh, one more important thing. One of my teacher  in college ask us to make a short story, or a novel, about anything ask a homework. I guess once again I have to bother Ms. Cho because my cousins made me lost the data of my novel (not really a novel, just the framework). But Ms. Cho said that she have the copy ^_^. Thanks to her once again…

1 day after Heart exam

As usually in Sunday morning I never woke up early. Last night I went to the Lab to check my heart. My doctor said maybe there’s something wrong with it (I hope not T_T) and the result will come in Monday.

World,

Let’s hope there’s nothing wrong with it. I want to be a healthy person. I want to do what anyone can do.

Anyway, I write this while listening my favorite song (for now), It’s Planetarium (Ootsuka Ai), and White Flag (Dido). I want to put these song lyrics in this Blog, but now I haven’t found the way to do it.

I guess I have to ask Ms. Cho once again. ^_^

World,

Thank you for your kindness to me, so until this day I can stand proudly in my own foot.

 

            

 

By the way, World… I Love Rose… It’s a fantastic flower, isn’t it?

One day,

Have you ever wake up someday and feel everything is going to be fine?

Or have you ever feel that everything is going to get worse…

Maybe if we woke up and see the face which lay beside us and smile, our heart is warm and full with love,

We, then, can sure that everything is more beautiful than it looks.

Because there is beauty in everything.

All you have to do is just see in a mirror, look at you own face, and smile…

WORLD…

Give yourself your best smile…

Because no matter how dark our road is,

I believe there will be some light which will guide our way.

« Older entries